Jumlah lahan di Sumatera Selatan yang terbakar selama musim kemarau tahun terus meningkat. Hingga awal Agustus 2019, setidaknya ada 257,9 hektare lahan yang terbakar.
Kabid Penanganan Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, mengungkapkan lahan terbakar paling banyak di Kabupaten Ogan Ilir seluas 121,15 hektare, disusul Ogan Komering Ilir 68,5 hektare, Penukal Abab Lematang Ilir 57,75 hektare, Banyuasin 6 hektare, Musi Banyuasin 4 hektare, dan Lubuklinggau 0,5 hektare.
"Pekan kemarin luas lahan terbakar masih berada di angka 140 hektare, dan sekarang meningkat drastis menjadi 257,9 hektare," ungkap Ansori, Senin (5/8).
Menurut dia, mayoritas lahan terbakar di lahan rawa. Sementara lahan gambut di Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin terbilang masih relatif aman. Hanya saja, permukaan air di lahan gambut sudah semakin menyusut drastis.
"Jika air di lahan gambut sudah habis, maka akan rentan terjadi kebakaran. Ini sangat penting untuk ditingkatkan pengawalan, apalagi Sumsel sudah memasuki puncak kemarau," ujarnya.
Dia mengatakan, karhutla terjadi cenderung pada malam hari. Penyebabnya karena lahan akibat sengketa, membuang puntung rokok dan utamanya ulah manusia dengan membakar saat membuka lahan. Tak jarang, warga membakar pada malam hari untuk menghindari patroli anggota satgas.
"Petugas kesulitan memadamkan kebakaran jika malam hari, belum lagi sulitnya mendapatkan air dan areal yang terbakar sangat luas," kata dia.
Ansori menambahkan, hotspot terjadi pada 4 Agustus 2019 yang terpantau pagi tadi melalui satelit lapan berjumlah 13 titik. Terbanyak di Ogan Komering Ilir dan Musi Rawas masing-masing 3 titik, dan Musi Banyuasin sebanyak 2 titik, serta beberapa daerah lain masing-masing 1 titik.
"Pemadaman darat dilakukan dan juga empat helikopter melalui water boombing dan satu unit helikopter patroli udara," pungkasnya.
RAKSASAPOKER | AGEN BANDARQ | AGEN DOMINO99 | AGEN POKER ONLINE| AGEN SAKONG ONLINE| AGEN CAPSUN
0 Komentar